Jumat, 17 Februari 2017

Laporan Praktikum Ilmu Kayu



BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
 Kualitas kayu bisa dibedakan menurut sifat fisika kayu tersebut, selain kualitas sifat fisika kayu juga menentukan fungsi dari sebuah kayu. Seperti halnya kayu lunak atau soft wood digunakan sebagai bahan baku kertas sedanggkan hard wood sebagai bahan baku bangunan. Sifat kayu ini merupakan sifat asli kayu yang dapat berubah-ubah karena pengaruh lingkungannya. Sifat asli kayu dipengaruhi oleh ciri-ciri dari kayu tersebut.
 Setiap kayu memiliki ciri-ciri tersendiri baik kimia, fisika maupun meknikanya. Faktor- faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu diantaranya factor bilgis ( mikroorganisme yang dapat menyerang kayu ) salah satu faktornya berupa kadar air. Faktor tersebut pada dasarnya dapat memanipulasi kekuatan kayu sehingga mempengaruhi kekuatan kayu yang dapat di pertahankan misanya pengawetan dengan zat kimia pengeringan dan memanipulasi pertumbuhan. Pengembangan dan penyusutan kayu di pengaruhi oleh faktor kadar air kayu.
 Kadar air merupakan gambaran mengenai banyaknya air yang ada pada suatu kayu. Kayu merupakan bahan yang mempunyai sifat higroskopis, dapat menyerap dan melepaskan air, sehingga kadar air dapat berubah-ubah sesuai dengan suhu dan kelembaban. Kandungan air ini diketahui dapat mempengaruhi karakteristik dari kayu seperti berat, kekuatan, dan penyusutan. Kadar air kayu berhubungan erat dengan berat kering tanur (BKT).
 Kadar air kayu bisanya dinyatakan secara kuntitatif dalam persen (%) terhadap berat kayu bebeas air atau berat kering tanur (BKT), namun dapat juga dipakai satuan terhadap berat basahnya. Berat kering tanur dijadikan sebagai dasar karna berat kering tanur merupakan indikasi dari jumlah substansi atau bahan solid yang ada. Praktikum tentang kadar ilmu kayu ini sangat penting untuk dilakukan karna beberapa janis kayu mengandung unsur – unsur yang pada waktu dikeringkan mudah menguap dan sering mengancam hasil dengan nilai kadar air yang lebih tinggi yang akan mempengaruhi kwalitas dan kekuatan dari kayu tersebut.
1.2  Tujuan Praktikum
 Adapun tujuan praktikum sebagai berikut :
1.   Memahami cara penentuan kadar air dengan metode keing taur pada kayu.


 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
 Kayu merupakan bahan yang mempunyai sifat higroskopis, dapat menyerap dan melepaskan air, sehingga kadar air dapat berubah-ubah sesuai dengan suhu dan kelembaban. Kadar air merupakan gambaran mengenai banyaknya air yang ada pada suatu kayu. Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen (%) berat  kayu  bebas  air  atau berat kering tanur (BKT) (Rivai, 2011).
 Ini salah satu masalah pada kayu yang harus diketahui sebelum proses lebih lanjut. Penyusutan kayu berbeda tergantung pada lokasi kayu pada log. Lebih dekat posisinya ke arah hati kayu (pusat lingkaran tahun) lebih kecil pula penyusutannya. Akan berguna sekali pada waktu kita ingin membuat pelebaran papan dengan melihat penampang kayu dan mengaturnya sesuai dengan arah penyusutan sehingga walaupun terjadi penyusutan bentuk pelebaran papan tidak terlalu jauh berbeda (Kasmujo, 2011).
 Kayu memiliki kadar air yang terkandung di dalamnya, yang kadang kala beratnya lebih besar dari berat kayu itu sendiri. Kandungan air ini diketahui dapat mempengaruhi karakteristik dari kayu seperti berat, kekuatan, dan penyusutan. Kandungan air juga memungkinkan terjadinya serangan dari berbagai serangga dan jamur yang dapat membuat kayu menjadi rapuh dan juga dapat merusak struktur penyusun kayu tersebut (Suryoatmono, 2012).
 Kadar air didefinisikan sebagai berat air dalam kayu yang dinyatakan dalam pecahan, biasanya dalam Persen  ( % ) dari berat  kering tanur, berat penyusutan, pengembembangan, kekuatan, dan sifat- sifat lainnya tergantung pada kadar air. Bila kayu dengan kadar air maksumum di keringkan, air yang pertama –tama menguap adal air bebas, Kadar air  ( KA ) akan turun sampai titik jenuh serat ( TJS ). Selama proses ini tidak terjadi perubahan dimensi kayu, setelah tercapai titik jenuh serat, air terikat menguap dari dinding sel dan KA ( Kadar Air ) turun di bawah TJS ( Titik jenuh Serat ). Dalam fase ini terjadi penyusutan dimensi kayu. Penyusutan Kayu ini disertai dengan pengurangan kadar air nol ( kering tanur ). Penyusutan kayu dari titik jenuh serat sampai kondisi kering tanur di sebut penyusutan total (Basri, 2008).





BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
 Praktikum ilmu kayu ini dilaksanakan pada Rabu 23 November sampai 11 Desember 2016. Dan bertempat di Laboratorium Silvikultur dan Teknologi Hasil Hutan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
 Adapun alat dan bahan yang digunkan sebagai berikut :
1.   Disk kayu pada kondisi segar ( Swietenia mahagoni )
2.   Desikator
3.   Timbangan
4.   Gergaji
5.   Oven
6.   Alat tulis dan lembar pengamatan
3.3 Prosedur Kerja
 Adapun prosedur kerja yang digunakan sebagai berikut :
1.   Disk yang berkondisi segar disiapkan dengan tebal 4 cm, yang akan digergaji menjadi sampel pengukuran dimensi kayu
2.   Diberi gambar bentuk bujursangkar dengan ukuran 2x2 cm dari salah satu tepi ke tepi yang lain dengan melalui pusat disk
3.   Disk digergaji sesuai dengan gambaran yang telah dibuat sehingga diperoleh sampel kecil dengan ukuran 2x2x4 cm. Diberi kode dengan penomoran pada masing-masing sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial dan longitudinal
4.   Ditimbang sebagai berat awal. Kemudian disebut Bs
5.   Ditimbang sampai berat konstan. Kemudian disebut berat kadar udara (BKU)
6.   Dimasukkan ke dalam oven/tanur pada suhu 103oC ± 2oC
7.   Dikeluarkan dari dalam oven, dimasukkan ke dalam deskator selama 10-15 menit, kemudian ditimbang
8.   Diatas dilakukan berulang-ulang, sampai diperoleh angka hasil penimbangan yang konstan. Berat kering tanur contoh uji kayu tersebut ditunjukkan oleh berat yang kurang lebih konstan dari contoh uji kayu yang telah dikeringkan berulang-ulang pada suhu 103oC ± 2oC. Kemudian disebut Bkt
9.   Diperoleh Semua data hasil penimbangan yang diisikan ke dalam lembar pengamatan


3.4 Analisis Data
 Adapun rumus perhitungan yang digunakan dalam praktikum kadar air kayu sebagai berikut :
1.   Kadar Air kayu (KU) =x 100
2.   Kadar Air kayu (KT) = x100




BAB IV HASIL, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Table 1. Data Kadar Air
Kode

Berat


Awal (gr)
Kering Udara (gr)
Kering Tanur (gr)
M4B2 (1)
6,92
3,9624
3,5032
M4B2 (2)
6,61
3,7301
3,2917
M4B2 (3)
7,50
4,3163
3,7904

Gambar 1. Grafik Data Kadar Air













Table 2. Hasil Kadar Air
Kode
Kadar Air (KA %)

KeringUdara
KeringTanur
M4B2 (1)
74,64%
13,10%
M4B2 (2)
77,20%
11,65%
M4B2 (3)
73,75%
13,87%



Gambar 2. Grafik Hasil Kadar Air















Keterangan :
M4b2 (1) = Mahoni kelompok 4b, 2 = ukuran 2x2x4, (1) nomor kayu 1
M4b2 (2) = Mahoni kelompok 4b, 2 = ukuran 2x2x4, (1) nomor kayu 2
M4b2 (3) = Mahoni kelompok 4b, 2 = ukuran 2x2x4, (1) nomor kayu 3
4.2 Analisis Data
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
% Kadar Air kayu (KU) =x 100
% Kadar Air (KU)
·         M4B2 (1) = (6,92-3,9624)/3,9624 x100            = 74,64%
·         M4B2 (2) = (6,61-3,7301)/3,7301 x100            = 77,20%
·         M4B2 (3) = (7,50-4.3163)/4.3163 x100            = 73,75%
% Kadar Air kayu (KT) = x100
% Kadar Air (KT)
·         M4B2 (1)  = (3,9624  -3,5032)/3,5032 x 100     = 13,10%
·         M4B2 (1)  = (3,7301 - 3.3406)/3.3406 x 100     = 11,65%
·         M4B2 (1)  = (4.3163 - 3,7904)/3,7904 x 100     = 13,87%


4.3 Pembahasan
 Kayu adalah bagian-bagian dari tumbuhan yang bersifat higrokopis artinya kayu mempunyai daya tarik terhadp air, baik dalam bentuk uap atau cair, masuk dan keluarnya air dari kayu membuat kayu basah atau kering, akibatnya kayu akan mengembang dan menyusut. Berdasarkan pengertian secara umum kadar air adalah banyaknya air atau presentase air yang dikandung oleh sepotong kayu terhadap berat kering kayu tersebut.
 Pengujian kadar air dalam praktikum ini bertujuan untuk mengetahui berapa persentase kadar air yang masih terkandung di dalam kayu. Air dalam kayu terdiri dari air bebas yaitu air yang tidak terikat secara fisik dan kimia dalam bahan kayu dan air terikat yaituair yang terikat secara fisiska kimia dalam bahan kayu dimana keduanya secara bersama-sama menentukan kadar air kayu. Kadar air sangat mempengaruhi kekuatan kayu, jika terjadi penurunan kadar air atau kayu tersebut kering maka kekuatan kayu akan meningkat.  
 Berdasarkan hasil pengamatan mengenai kadar air menggunakan kayu Mahoni ( Swietenia mahagoni) denan ukuran sample 2x2x2 meter pada tiga sample kayu yang digunakan. Indikator yang digunakan untuk mengetahui kadar air kayu adalah berat kayu awal, berat kering udara (BKU) dan berat kering tanur (BKT). Pada ketiga sample kayu terjadi penurunan berat kayu secara derastis yang terjadi pada kayu awal menuju kayu kering udara ini dikarnakan kayu memiliki kandungan air lebih banyak pada kayu muda atau hijau yang akan mengalami penyusutan yang besar dibandingkan dengan kayu tua. Air terdapat pada seluruh dinding sel dan dinding kayu jika seluruh sel kosong dan dinding sel jenuh air maka kondisi ini disebut titik jenuh serat (TJS), dimana titik jenuh serat merupakan indikator dari penyusutan kayu. Penyusutan kayu merupakan kayu yang kehilangan air dibawah titik serat seratnya. Kayu dari keadaan kering udara menuju kering tanur mengalami penurunan yang sedikit.
 Pada tabel 2 penentuan persen kadar air digunakan dua indikator yaitu kadar kering udara dan kadar kering tanur. Pada ketiga sample ukuran 2x2x2 meter yaitu pada kadar kering udara pohon Mahoni (Swietenia mahagoni) didapat rata – rata sama dengan 75.19 % dan kadar kering tanur pada pohon Mahoni (Swienetia mahagoni) didapat rata – rata sama dengan 12,87 %. Pada pengamatan tersebut terlihat bahwa persentasi kadar air kering udara lebih besar dari pada persentasi kadar air kayu kering tanur, ini di karnakan pada saat mencari nilai kering tanur kayu terlebih dahulu di oven sehingga kadar air dalam kayu habis sedangkan pada kadar air kayu kering udara hanya di keringkan pada udara terbuka yang besar kemungkinan kadar air dalam kayu masih tersisa.

 Pada praktikum ini standar yang ditentukan untuk menentukan kadar air dengan mengeringkan kayu dalam oven pada suhu 100-105°C hingga kayu mencapai berat yang tetap. Pada kondisi ini kandungan air masih 1%. Sifat fisika kayu dipengaruhi oleh perubahan kadar air kayu. Denagn patokan bahwa Kadar air kayu rata – rata adalah 15 %.
 Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata kadar air kering tanur didapat nilai sebesar 12,87% sedangkan nilai dari rata-rata kadar air kayu adalah 15%, ini berarti bahwa kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) memiliki kadar air yang hampir memenuhi kadar air rata-rata kayu pada umumnya.
 Berdasarkan data dari kelmpok 4a, pengukuran kadar air dilakukan dengan sample yaitu kayu Roti didapat rata-rata kadar air kering udara kayu roti adalah 44,7% dan rata-rata kadar air kering tanur kayu roti adalah 46,98%. Dari data tersebut dapat dibuktikan bahwa rata-rata kadar air kering udara untuk kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) lebih besar dari kayu roti sedangkan rata-rata kadar air kering tanur kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) lebih kecil dari pada kayu roti.
 Berdasarkan perbedaan nilai kadar air kering udara dan kadar air kering tanur dari kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) dan kayu Roti membuktikan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti kemampuan kayu untuk menghisap atau mengeluarkan zat atau cairan tergantung pada suhu dan kelembaban udara sekeliling. Kemampuan kayu untuk menghisap atau mengeluarkan air tegantung pada suhu dan kelembapan udara disekelilingnya. Sehingga banyaknya air dalam kayu selalu berubah-rubah menurut keadaan udara atau atmosfer disekelilingnya. Biasanya kadar air berada antara 23-27% karna sifat hidrokopis semua kayu berusaha untuk mencapai kadar air yang seimbang.















BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
 Adapun kesimpulan dari praktikum ini sebagai beriku :
1. Berat kering tanur dijadikan sebagai dasar karna berat kering tanur merupakan indikasi dari jumlah substansi/bahan solit yang ada. Penentuan kadar air kayu Mahoni (Swietenia Mahagoni) dilakukan dengan cara Kering udara dan kering tanur. Dengan rumus Kadar Air kayu (KU) =x100, Kadar Air kayu (KT) = x100. Dan didaptakan hasil kadar kering udara pohon Mahoni (Swietenia mahagoni) didapat rata – rata sama dengan 75.19 % dan kadar kering tanur pada pohon Mahoni ( Swienetia mahagoni) didapat rata – rata sama dengan 12,87 %.
5.2 Saran
 Saran dari praktikum kali ini sebagai berikut :
1.   Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya waktu pengovenan harus di tetapkan sehingga praktikan bisa mengoven dengan tepat waktu.
2.   Untuk praktikan sebaiknya jangan ribut pada saat praktikum, supaya praktikan mudah mengerti.














Daftar pustaka
Basri, E. 2008. Pengaruh Sifat Fisik Dan Anatomi Terhadap Sifat Pengeringan Enam Jenis Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 26(3): 1-17. 
Kasmujo, P. 2011. Identifikasi Kayu dan Sifat-sifat Kayu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Suryoatmono, B. 2012. Analisis Kadar Air Pada Kayu. Universitas  Parahyangan. Bandung.
Rivai, R. 2011. Identifikasi Jenis Kayu Indonesia.l. Sains dan Teknologi Farmasi 16, (2): 180-188.
























1 komentar:

  1. Terimakasih atas informasinya, Silahkan Kunjungi website kami ^^
    http://mitoha-goldengamat.com/cara-mengobati-eksim-kering/

    BalasHapus