BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kualitas kayu bisa dibedakan menurut sifat
fisika kayu tersebut, selain kualitas sifat fisika kayu juga menentukan fungsi
dari sebuah kayu. Seperti halnya kayu lunak atau soft wood digunakan sebagai
bahan baku kertas sedanggkan hard wood sebagai bahan baku bangunan. Sifat kayu
ini merupakan sifat asli kayu yang dapat berubah-ubah karena pengaruh
lingkungannya. Sifat asli kayu dipengaruhi oleh ciri-ciri dari kayu tersebut.
Setiap kayu memiliki
ciri-ciri tersendiri baik kimia, fisika maupun meknikanya. Faktor- faktor yang
mempengaruhi kekuatan kayu diantaranya factor bilgis ( mikroorganisme yang
dapat menyerang kayu )
salah satu faktornya berupa kadar air. Faktor
tersebut pada dasarnya dapat memanipulasi kekuatan
kayu sehingga mempengaruhi kekuatan kayu yang dapat di pertahankan misanya
pengawetan dengan zat kimia pengeringan dan memanipulasi pertumbuhan. Pengembangan dan
penyusutan kayu di pengaruhi oleh faktor kadar air kayu.
Kadar air merupakan gambaran mengenai banyaknya
air yang ada pada suatu kayu. Kayu merupakan bahan yang mempunyai sifat
higroskopis, dapat menyerap dan melepaskan air, sehingga kadar air dapat
berubah-ubah sesuai dengan suhu dan kelembaban. Kandungan air ini diketahui
dapat mempengaruhi karakteristik dari kayu seperti berat, kekuatan, dan
penyusutan. Kadar air kayu berhubungan erat dengan berat kering tanur (BKT).
Kadar air kayu bisanya dinyatakan secara
kuntitatif dalam persen (%) terhadap berat kayu bebeas air atau berat kering
tanur (BKT), namun dapat juga dipakai satuan terhadap berat basahnya. Berat
kering tanur dijadikan sebagai dasar karna berat kering tanur merupakan
indikasi dari jumlah substansi atau bahan solid yang ada. Praktikum tentang
kadar ilmu kayu ini sangat penting untuk dilakukan karna beberapa janis kayu
mengandung unsur – unsur yang pada waktu dikeringkan mudah menguap dan sering
mengancam hasil dengan nilai kadar air yang lebih tinggi yang akan mempengaruhi
kwalitas dan kekuatan dari kayu tersebut.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum sebagai berikut :
1.
Memahami
cara penentuan kadar air dengan metode keing taur pada kayu.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kayu merupakan bahan yang mempunyai sifat
higroskopis, dapat menyerap dan melepaskan air, sehingga kadar air dapat
berubah-ubah sesuai dengan suhu dan kelembaban. Kadar air merupakan gambaran
mengenai banyaknya air yang ada pada suatu kayu. Kadar air didefinisikan
sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen (%) berat kayu
bebas air atau berat kering tanur (BKT) (Rivai, 2011).
Ini salah satu masalah pada kayu yang harus
diketahui sebelum proses lebih lanjut. Penyusutan kayu berbeda tergantung pada lokasi
kayu pada log. Lebih dekat posisinya ke arah hati kayu (pusat lingkaran tahun)
lebih kecil pula penyusutannya. Akan berguna sekali pada waktu kita ingin
membuat pelebaran papan dengan melihat penampang kayu dan mengaturnya sesuai
dengan arah penyusutan sehingga walaupun terjadi penyusutan bentuk pelebaran papan
tidak terlalu jauh berbeda (Kasmujo, 2011).
Kayu
memiliki kadar air yang terkandung di dalamnya, yang kadang kala beratnya lebih
besar dari berat kayu itu sendiri. Kandungan air ini diketahui dapat
mempengaruhi karakteristik dari kayu seperti berat, kekuatan, dan penyusutan.
Kandungan air juga memungkinkan terjadinya serangan dari berbagai serangga dan
jamur yang dapat membuat kayu menjadi rapuh dan juga dapat merusak struktur
penyusun kayu tersebut (Suryoatmono,
2012).
Kadar air didefinisikan sebagai berat air
dalam kayu yang dinyatakan dalam pecahan, biasanya dalam Persen ( % ) dari berat kering tanur, berat penyusutan,
pengembembangan, kekuatan, dan sifat- sifat lainnya tergantung pada kadar air. Bila
kayu dengan kadar air maksumum di keringkan, air yang pertama –tama menguap
adal air bebas, Kadar air ( KA ) akan
turun sampai titik jenuh serat ( TJS ). Selama proses ini tidak terjadi
perubahan dimensi kayu, setelah tercapai titik jenuh serat, air terikat menguap
dari dinding sel dan KA ( Kadar Air ) turun di bawah TJS ( Titik jenuh Serat ).
Dalam fase ini terjadi penyusutan dimensi kayu. Penyusutan Kayu ini disertai
dengan pengurangan kadar air nol ( kering tanur ). Penyusutan kayu dari titik
jenuh serat sampai kondisi kering tanur di sebut penyusutan total (Basri, 2008).
BAB
III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ilmu kayu ini dilaksanakan pada Rabu 23 November
sampai 11 Desember 2016.
Dan bertempat di Laboratorium Silvikultur dan Teknologi Hasil Hutan Program
Studi Kehutanan Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunkan sebagai
berikut :
1.
Disk
kayu pada kondisi segar ( Swietenia
mahagoni )
2.
Desikator
3.
Timbangan
4.
Gergaji
5.
Oven
6.
Alat
tulis dan lembar pengamatan
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja
yang digunakan sebagai berikut :
1.
Disk
yang berkondisi segar disiapkan dengan tebal 4 cm, yang akan digergaji menjadi
sampel pengukuran dimensi kayu
2.
Diberi
gambar bentuk bujursangkar dengan ukuran 2x2 cm dari salah satu tepi ke tepi
yang lain dengan melalui pusat disk
3.
Disk
digergaji sesuai dengan gambaran yang telah dibuat sehingga diperoleh sampel
kecil dengan ukuran 2x2x4 cm. Diberi kode dengan penomoran pada masing-masing
sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial dan longitudinal
4.
Ditimbang
sebagai berat awal. Kemudian disebut Bs
5.
Ditimbang
sampai berat konstan. Kemudian disebut berat kadar udara (BKU)
6.
Dimasukkan
ke dalam oven/tanur pada suhu 103oC ± 2oC
7.
Dikeluarkan
dari dalam oven, dimasukkan ke dalam deskator selama 10-15 menit, kemudian
ditimbang
8.
Diatas
dilakukan berulang-ulang, sampai diperoleh angka hasil penimbangan yang
konstan. Berat kering tanur contoh uji kayu tersebut ditunjukkan oleh berat
yang kurang lebih konstan dari contoh uji kayu yang telah dikeringkan
berulang-ulang pada suhu 103oC ± 2oC. Kemudian disebut
Bkt
9.
Diperoleh
Semua data hasil penimbangan yang diisikan ke dalam lembar pengamatan
3.4 Analisis Data
Adapun rumus perhitungan yang digunakan dalam
praktikum kadar air kayu sebagai berikut :
1.
Kadar
Air kayu (KU) =
x 100

2.
Kadar
Air kayu (KT) =
x100

BAB
IV HASIL, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Table 1. Data Kadar Air
Kode
|
|
Berat
|
|
|
Awal (gr)
|
Kering Udara (gr)
|
Kering Tanur (gr)
|
M4B2 (1)
|
6,92
|
3,9624
|
3,5032
|
M4B2 (2)
|
6,61
|
3,7301
|
3,2917
|
M4B2 (3)
|
7,50
|
4,3163
|
3,7904
|
Gambar 1. Grafik Data
Kadar Air

Table 2. Hasil Kadar Air
Kode
|
Kadar Air (KA %)
|
|
|
KeringUdara
|
KeringTanur
|
M4B2 (1)
|
74,64%
|
13,10%
|
M4B2 (2)
|
77,20%
|
11,65%
|
M4B2 (3)
|
73,75%
|
13,87%
|
Gambar 2. Grafik Hasil Kadar Air

Keterangan
:
M4b2 (1)
= Mahoni kelompok 4b, 2 = ukuran 2x2x4, (1) nomor kayu 1
M4b2 (2)
= Mahoni kelompok 4b, 2 = ukuran 2x2x4, (1) nomor kayu 2
M4b2 (3) = Mahoni
kelompok 4b, 2 = ukuran 2x2x4, (1) nomor kayu 3
4.2 Analisis
Data
Rumus
yang digunakan sebagai berikut :
% Kadar
Air kayu (KU) =
x 100

% Kadar Air (KU)
·
M4B2
(1) = (6,92-3,9624)/3,9624 x100 =
74,64%
·
M4B2
(2) = (6,61-3,7301)/3,7301 x100 =
77,20%
·
M4B2
(3) = (7,50-4.3163)/4.3163 x100 =
73,75%
% Kadar
Air kayu (KT) =
x100

% Kadar Air (KT)
·
M4B2
(1) = (3,9624 -3,5032)/3,5032 x 100 = 13,10%
·
M4B2
(1) = (3,7301 - 3.3406)/3.3406 x 100 = 11,65%
·
M4B2
(1) = (4.3163 - 3,7904)/3,7904 x 100 = 13,87%
4.3 Pembahasan
Kayu adalah bagian-bagian dari
tumbuhan yang bersifat higrokopis artinya kayu mempunyai daya tarik terhadp
air, baik dalam bentuk uap atau cair, masuk dan keluarnya air dari kayu
membuat kayu basah atau kering, akibatnya kayu akan mengembang dan menyusut. Berdasarkan pengertian secara umum kadar air
adalah banyaknya air atau presentase air yang dikandung oleh sepotong kayu
terhadap berat kering kayu tersebut.
Pengujian kadar air dalam praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui berapa persentase kadar air yang masih terkandung di
dalam kayu. Air dalam kayu terdiri dari air bebas yaitu air yang tidak terikat
secara fisik dan kimia dalam bahan kayu dan air terikat yaituair yang terikat
secara fisiska kimia dalam bahan kayu dimana keduanya secara bersama-sama
menentukan kadar air kayu. Kadar air sangat mempengaruhi kekuatan kayu, jika
terjadi penurunan kadar air atau kayu tersebut kering maka kekuatan kayu akan
meningkat.
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai kadar
air menggunakan kayu Mahoni ( Swietenia
mahagoni) denan ukuran sample 2x2x2 meter pada tiga sample kayu yang digunakan.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui kadar air kayu adalah berat kayu
awal, berat kering udara (BKU) dan berat kering tanur (BKT). Pada ketiga sample
kayu terjadi penurunan berat kayu secara derastis yang terjadi pada kayu awal
menuju kayu kering udara ini dikarnakan kayu memiliki kandungan air lebih
banyak pada kayu muda atau hijau yang akan mengalami penyusutan yang besar
dibandingkan dengan kayu tua. Air terdapat pada seluruh dinding sel dan dinding
kayu jika seluruh sel kosong dan dinding sel jenuh air maka kondisi ini disebut
titik jenuh serat (TJS),
dimana titik jenuh serat merupakan indikator dari penyusutan kayu. Penyusutan kayu
merupakan kayu yang kehilangan air dibawah titik serat seratnya. Kayu dari keadaan kering udara
menuju kering tanur mengalami penurunan yang sedikit.
Pada tabel 2 penentuan persen kadar air
digunakan dua indikator yaitu kadar kering udara dan kadar kering tanur. Pada
ketiga sample ukuran 2x2x2 meter yaitu pada kadar kering udara pohon Mahoni
(Swietenia mahagoni) didapat rata – rata sama dengan 75.19 % dan kadar kering
tanur pada pohon Mahoni (Swienetia mahagoni) didapat rata – rata sama dengan
12,87 %. Pada pengamatan tersebut terlihat bahwa persentasi kadar air kering
udara lebih besar dari pada persentasi kadar air kayu kering tanur, ini di
karnakan pada saat mencari nilai kering tanur kayu terlebih dahulu di oven
sehingga kadar air dalam kayu habis sedangkan pada kadar air kayu kering udara
hanya di keringkan pada udara terbuka yang besar kemungkinan kadar air dalam
kayu masih tersisa.
Pada praktikum ini standar yang
ditentukan untuk menentukan kadar air dengan mengeringkan kayu dalam oven pada
suhu 100-105°C hingga kayu mencapai berat yang tetap. Pada kondisi
ini kandungan air masih 1%. Sifat fisika kayu dipengaruhi
oleh perubahan kadar air kayu. Denagn patokan bahwa Kadar air kayu rata – rata adalah
15 %.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata kadar
air kering tanur didapat nilai sebesar 12,87% sedangkan nilai dari rata-rata
kadar air kayu adalah 15%, ini berarti bahwa kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) memiliki kadar air yang hampir memenuhi kadar
air rata-rata kayu pada umumnya.
Berdasarkan data dari kelmpok 4a, pengukuran
kadar air dilakukan dengan sample yaitu kayu Roti didapat rata-rata kadar air
kering udara kayu roti adalah 44,7% dan rata-rata kadar air kering tanur kayu
roti adalah 46,98%. Dari data tersebut dapat dibuktikan bahwa rata-rata kadar
air kering udara untuk kayu Mahoni (Swietenia
mahagoni) lebih besar dari kayu roti sedangkan rata-rata kadar air kering
tanur kayu Mahoni (Swietenia mahagoni)
lebih kecil dari pada kayu roti.
Berdasarkan perbedaan nilai kadar air kering
udara dan kadar air kering tanur dari kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) dan kayu Roti membuktikan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti kemampuan kayu
untuk menghisap atau mengeluarkan zat atau cairan tergantung pada suhu dan
kelembaban udara sekeliling. Kemampuan kayu untuk menghisap
atau mengeluarkan air tegantung pada suhu dan kelembapan udara disekelilingnya.
Sehingga banyaknya air dalam kayu selalu berubah-rubah menurut keadaan udara
atau atmosfer disekelilingnya. Biasanya kadar air berada antara
23-27% karna sifat
hidrokopis semua kayu berusaha untuk mencapai kadar air yang seimbang.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini sebagai
beriku :
1. Berat kering tanur
dijadikan sebagai dasar karna berat kering tanur merupakan indikasi dari jumlah
substansi/bahan solit yang ada. Penentuan kadar air kayu Mahoni (Swietenia Mahagoni) dilakukan dengan
cara Kering udara dan kering tanur. Dengan rumus Kadar Air kayu (KU) =
x100, Kadar Air kayu (KT) =
x100. Dan didaptakan hasil kadar kering udara pohon Mahoni
(Swietenia mahagoni) didapat rata – rata sama dengan 75.19 % dan kadar kering
tanur pada pohon Mahoni ( Swienetia
mahagoni) didapat rata – rata sama dengan 12,87 %.


5.2 Saran
Saran dari praktikum kali ini sebagai berikut
:
1.
Untuk
praktikum selanjutnya sebaiknya waktu pengovenan harus di tetapkan sehingga
praktikan bisa mengoven dengan tepat waktu.
2.
Untuk
praktikan sebaiknya jangan ribut pada saat praktikum, supaya praktikan mudah
mengerti.
Daftar pustaka
Basri, E.
2008. Pengaruh Sifat Fisik Dan Anatomi Terhadap Sifat Pengeringan Enam Jenis
Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 26(3): 1-17.
Kasmujo, P.
2011. Identifikasi Kayu dan Sifat-sifat Kayu. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Suryoatmono,
B. 2012. Analisis Kadar Air Pada Kayu. Universitas Parahyangan. Bandung.
Rivai, R. 2011.
Identifikasi Jenis Kayu Indonesia.l. Sains dan Teknologi Farmasi 16, (2):
180-188.
Terimakasih atas informasinya, Silahkan Kunjungi website kami ^^
BalasHapushttp://mitoha-goldengamat.com/cara-mengobati-eksim-kering/