BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta
ranting tumbuhan yang mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu
digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja,
kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangkaatap), bahan kertas, dan banyak
lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan
sebagainya. Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan
lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang. Pada kayu terjadi peroses
perubahan dimensi secara alami.
Pada berbagai jenis kayu akan mengelami
perubahan dimesni setelah ditebang. Perubahan dimensi pada kayu terdiri dari
pengembangan dan penyusutan,. Pengembangan dan penyusutan merupakan peroses
yang benar – benar saling berkebalikan. Jika kayu kehilangan air dibawah titik
jenuh seratnya (TJS) maka kayu akan menyusut, sebaliknya jika air memasuki
setruktur dinding sel kayu maka kayu akan mengembang. Akibat dari proses
pengembangan dan penyusutan kayu mengakibatkan terjadinya perubahan dimensi
pada kayu.
Dimensi kayu akan berubah sejalan dengan perubahan
kadar air dalam dinding sel, karena di dalam dinding sel terdapat gugus OH
(hidroksil) dan oksigen lain yang bersifat menarik uap air melalui ikatan
hidrogen. Kayu yang mengalami perubahan
dimensi biasanya terjadi pada arah bidang orientasi kayu.
Pada kayu terdapat tiga bidang orientasi
seperti bidang transversal (X), bidang radial (r), dan bidang tangensial (T). Dan
memiliki arah transversal, radial dan longitudinal. Oleh karna itu, praktikum
ini sangat penting untuk dilakukan karna Memahami cara pengukuran perubahan dimensi
pada kayu dan membandingkan besarnya perubahan dimensi pada tiga arah utama
kayu. Dengan
mengetahui tiga bidang dan arah orientasi kayu kita dapat mengetahui perubahan
dimensi pada kayu yang berupa perubahan pengembangan dan penyusutan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini sebagai beriku :
1.
Memahami
cara pengukuran perubahan dimensi pada kayu
2.
Membandingkan
besarnya perubahan dimensi pada tiga arah utama kayu
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
Dimensi kayu akan berubah sejalan
dengan perubahan kadar air dalam dinding sel, karena di dalam dinding sel
terdapat gugus OH (hidroksil) dan oksigen lain yang bersifat menarik uap air
melalui ikatan hidrogen. Kembang susut kayu yang paling besar berturut-turut
adalah pada bidang tangensial, radial dan aksial. Komponen kimia penyusun kayu
terdiri dari selulosa (45-50%), hemiselulosa (25-32%), lignin (16-31%), zat
ekstraktif (1-8%) dan zat abu/mineral (<1%)
(Haygreen & Bowyer, 2009).
Permukaan transversal adalah bidang yang
tampak apabila dipotong secara melintang atau tegak urus sumbu pohon. Bagian-bagian
dua lingkaran tumbuh tahunan dapat dilihat pada permukaan transversal.
Permukaan radial merupakn noktah-noktah berbatas yang berbentuk seperti kerucut
terlihat sebagai bundaran-bundaran pada penampang radial trakeid longitudinal,
menandai lokasi noktah-noktah yang tepat berhadapan pada baris-baris trakeid
yang berdekatan. Pada penampang ini, trakeid kayu awal terlihat meruncing
tumpul, sedangkan dinding ujung-ujung kayu akhir yang lebih sempit nampak lebih
meruncing (Nursyamsi, 2013).
Penampang tangensial, paling kiri pada
penampang tangensial telihat sel-sel parenkim longitudinal dengan
sekat-sekatnya. Sel-sel ini bersebelahan dengan suatu saluran resin
longitudinal yang besar yang dikelilingi oleh epitelium . Suatu lubang kecil
menghubungkan saluran resin longitudinal dan transversal. Trakeid longitudinal
terlihat meruncing tajam secara tangensial dan tidak membulat seperti halnya
pada penampang radial. Penoktahannya
adalah jarang tetapi dapat dilihat pada sedikit trakeid pda kayu akhir
dan kayu awal (Muhdi, 2011).
Pada beberapa jenis kayu akan agak sulit
dengan melihat penampang kayu. Bisa dilakukan dengan cara lain yaitu melihat
bentuk dan arah permukaan serat kayu, apakah merupakan serat dengan potongan
tangensial, radial atau longitudinal. Apabila pada sisi lebar kayu berupa
tangensial, berarti kemungkinan besar kayu akan menyusut ke arah sisi tebal (Dumanauw, 2012).
BAB
III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
ilmu kayu ini dilaksanakan pada hari Rabu, 23 November
sampai 11 Desember 2016, pukul 09-00 WITA sampai selsai. Dan
bertempat di Laboratorium Silvikultur dan Teknologi Hasil Hutan Program Studi
Kehutanan Universitas Mataram.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan sebagai
berikut :
1. Disk
kayu pada kondisi segar ( Swietenia
mahagoni )
2. Spidol
permanen
3. Gergaji
4. Caliper
5. Oven
6.
Alat tulis dan lembar pengamatan
3.3
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai
berikut :
1.
Disk
yang berkondisi segar disiapkan dengan tebal 4 cm, yang akan digergaji menjadi
sampel pengukuran dimensi kayu
2.
Diberi
gambar bentuk bujursangkar dengan ukuran 2x2 cm dari salah satu tepi ke tepi
yang lain dengan melalui pusat disk
3.
Disk
digergaji sesuai dengan gambaran yang telah dibuat sehingga diperoleh sampel
kecil dengan ukuran 2x2x4 cm. Diberi kode dengan penomoran pada masing-masing
sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial dan longitudinal
4.
Dimensi
awal dari contoh uji diukur pada tempat-tempat yang telah diberi garis yaitu
pada arah radial, tangensial, dan longitudinal dengan menggunakan kaliper.
Dimensi awal ini kemudian disebut dengan Drs, Dts, Dls
5.
Dimasukkan
ke dalam oven/tanur pada suhu103oC ± 2oC, sampai mencapai
kondisi kering tanur
6.
Dimensi
dari contoh uji yang telah mencapai kondisi kering tanur pada tempat-tempat yan
telah diberi garis yaitu pada arah radial, tangensial dan longitudinal diukur
dengan menggunakan kaliper. Dimensi kering tanur ini kemudian disebut sebagai
Drt, Dtt, dan Dlt
7.
Direndam
di dalam air selama minimum 3 hari untuk mendapatkan kondisi basah
8.
Dimensi
basah dari contoh uji diukur pada tempat-tempat yang telah dberi garis yaitu
pada arah radial, tangensial dan longitudinal dengan menggunakan kaliper.
Dimensi basah ini kemudian disebut Drb, Dtb dan Dlb
9.
Diisikan
data hasil pengukuran yang diperoleh ke dalam buku praktikum
3.4
Analisis Data
Adapun rumus yang
digunakan sebagai berikut :
1. Pengembangan
=
x100%

2. Penyusutan
=
x100%

BAB IV HASIL, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel
1. Data Perubahan Dimensi
Kode
|
Dimensi Awal
|
Dimensi Udara
|
Dimensi Tanur
|
||||||
|
L
|
R
|
T
|
L
|
R
|
T
|
L
|
R
|
T
|
M4b2 (1)
|
4,2
|
2,15
|
2,45
|
4,1
|
2,4
|
2,55
|
4,3
|
2,6
|
2,8
|
M4b2 (2)
|
4,4
|
2,125
|
2,475
|
4,2
|
2,35
|
2,275
|
4,125
|
2,15
|
1,95
|
M4b2 (3)
|
4,25
|
2,2
|
2,15
|
4
|
2,35
|
2,25
|
4,05
|
2,1
|
2,3
|

Tabel
2. Dimensi Pengembangan
Kode sample
|
Arah kayu
|
||
Longitudinal
|
Radial
|
Tangensial
|
|
M4b2 (1)
|
1,85
|
4,2
|
2,25
|
M4b2 (2)
|
2,1
|
4,05
|
2,21
|
M4b2 (3)
|
1,95
|
3,9
|
2,2
|

Table 3. Hasil Perubahan Dimensi
(Pengembangan dan Penyusustan)
Kode
|
Pengembangan
|
Penyusustan
|
||||
|
L
|
R
|
T
|
R
|
L
|
L
|
M4b2 (1)
|
56,97%
|
61,53%
|
19,64 %
|
2,32%
|
10,41%
|
12,5%
|
M4b2 (2)
|
51,51%
|
88,3%
|
13,33%
|
1,5%
|
1,16%
|
1,02%
|
M4b2 (3)
|
51,85%
|
83,3%
|
1,265%
|
4,93%
|
4,76%
|
8,8%
|

Keterangan :
M4b2 (1) = Mahoni
kelompok 4b, 2 = ukuran 2x2x4, (1) nomor kayu 1
M4b2 (2) = Mahoni
kelompok 4b, 2 = ukuran 2x2x4, (1) nomor kayu 2
M4b2 (3) = Mahoni
kelompok 4b, 2 = ukuran 2x2x4, (1) nomor kayu 3
4.2
Analisis Data
Rumus yang digunakan
sebagai berikut :
Pengembangan =
x100%

Penyusutan =
x100%

Pengembangan Penyusutan:
M4b2
(1) M4b2
(1)
L= (4,3-1,85)
/4,3 x 100 =56,97% L=
(4,2-4,3)/4,3 x100= 2,32%
R= (2,6-4,2)
/2,6 x 100 = 61,53 % R=
(2,15-2,4)/2,4 X100=10,41%
T= (2,80
-2,25)/2,80 x 100=19,64% T= (2,45-2,80)/2,80 X100 =12,5%
M4b2 (2) M4b2
(2)
L= (4,125-2,10)/4,125
x 100 = 51,51% L= (4,4-4.125)/4.125X100=1,5%
R= (2.15-4.05)/2.15
x100 = 88,3% R= (2,125-2.15)/2.15 X 100=1,16%
T= (1.95-2.21)/1.95
x 100 =13,33% T=
(2,475-1.95)/1.95 X 100 =1,02%
M4b2 (3) M4b2
(3)
L= (4.05-1,95)/4.05
x 100 =51,85% L=
(4,25-4.05)/4.05 X 100 = 4,93%
R= (2.1-3,90)/2.1
x 100 =83,3% R= (2,2-2.1)/2.1 X 100 =4,76%
T= (2,3-2,2/2,3)
x 100 =1,265% T=
(2,15-2,7)/2,7 X 100 =8,8%
4.3
Pembahasan
Pada praktikum mengenai perubahan dimensi kayu
yang akan menjadi fokus dalam praktikum ini adalah pengembangan dan penyusutan
pada disk kayu Mahoni (Swietenia Mahagoni)
dengn ukuran 2x2x2 meter yang dibagi menjadi tiga smaple. Untuk mengetahui
perubahan dimensi kayu dibagi menjadi tiga bidang arah orientasi kayu yaitu
Longitudinal (x), Radial (r), dan Tangensial (t). Pengukuran perubahan dimensi
kayu dibagi menjadi tiga kategori yaitu dimensi awal, dimensi kering udara dan
dimensi kering tanur.
Pada tabel 1. Data perubahan dimensi, pada
ketiga sample kayu Mahoni (Swietenia
mahagoni) rata-rata perubahan bidang longitudinal dengan kategori dimensi
awal, dimensi kering udara dan dimensi kering tanur hampir tidak terjadi
perubahan panjang dimensi secara besar dan selisih antara longitudinal dimensi
awal, dimensi kering udara dan dimensi kering tanur sangat kecil. Ini
dikarnakan oleh penyusutan longitudinal kayu normal dapat diabaikan dalam
penggunaan praktik, sehingga papan produk dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan. Biasanya penyusutan longitudinal terjadi dalam pengeringan dari
keadaan segar ke kering tanur dengan besar sekitar 0,1-0,2% untuk kebanyakan
species dan biasanya jarang melebihi 0,4%. Berarti hasil yang kami dapat hampir
sesuai dengan teori yang ada.
Sedangkan rata-rata perubahan bidang radial
dengan kategori dimensi awal, dimensi kering udara dan dimensi kering tanur
hampir tidak terjadi perubahan panjang dimensi secara besar dan selisih antara
longitudinal dimensi awal, dimensi kering udara dan dimensi kering tanur sangat
kecil. Dan rata-rata perubahan bidang tangensial dengan kategori dimensi awal,
dimensi kering udara dan dimensi kering tanur hampir tidak terjadi perubahan
panjang dimensi secara besar dan selisih antara longitudinal dimensi awal,
dimensi kering udara dan dimensi kering tanur sangat kecil. Namun berdasarkan
rata-rata dari perhitungan bahwa perubahan dimensi tangensial lebih besar dari
pada radial, ini sesuai dengan teori bahwa perubahan dimensi pada bidang
tangensial lebih besar dari pada bidang radial dengan kisaran dari satu
setengah sampai tiga berbanding satu(1,5-3) : 1.
Beberapa ciri anatomis diduga menjadi penyebab
perbedaan ini, termasuk adanya jaringan parenkim jari-jari, peniktahan yang
rapat pada dinding radial, dan perbedaan – perbedaan dalam jumlah zat dinding
sel secara radial terhadap tangensial.
Pada
tabel 3. Untuk mengetahui pengembangan dan penyusutan kayu dilakukan melalui
perhitungan yang terdapat pada analisis data. Pada pengembangan kayu dengan
ketiga sample bidang arah dimensi yang mengalami pengembangan tertitggi adalah
pada bidang radial kemudian diikuti dengan bidang longitudinal dan bidang
tangensial.
Sedangkan untuk penyusutan kayu dengan ketiga sample bidang arah dimensi
yang mengalami penyusutan secara keseluruhan tidak dapat ditentuakn arah orientasi
kayu yang mengalami penyusustan tertinggi. Pada kode kayu M4B2 (1) bidang
orientasi kayu yang mengalami penyusutan tertinggi adalah pada bidang orientasi
longitudinal. Pada kode kayu M4B2 (2) bidang orientasi kayu yang mengalami
penyusutan tertinggi adalah pada bidang orientasi radial. Pada kode kayu M4B2
(3) bidang orientasi kayu yang mengalami penyusutan tertinggi adalah pada
bidang orientasi longitudinal.
Berdasarkan
data yang diterima dari kelompok 4a. Pada pengembangan kayu dengan ketiga sample
bidang arah dimensi yang mengalami pengembangan tertitggi adalah pada bidang Tangensial
kemudian diikuti dengan bidang longitudinal dan bidang radial.
Sedangkan untuk penyusutan kayu dari kelompok 4a dengan ketiga sample
bidang arah dimensi yang mengalami penyusutan secara keseluruhan tidak dapat
ditentuakn arah orientasi kayu yang mengalami penyusustan tertinggi. Pada kode
kayu 4.1.a bidang orientasi kayu yang mengalami penyusutan tertinggi adalah
pada bidang radial longitudinal. Pada kode kayu 4.2.a bidang orientasi kayu
yang mengalami penyusutan tertinggi adalah pada bidang orientasi radial. Pada
kode kayu 4.3.a bidang orientasi kayu yang mengalami penyusutan tertinggi
adalah pada bidang orientasi tangensial.
Perbedaan perubahan
dimensi dari kedua kayu pada beberapa sample yang digunakan di pengaruhi oleh
faktor pengembangan dan penyusutan kayu. Pada peroses pengembangan dan
penyusutan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu porositas dimana porositas
kayu ditentukan oleh arah serat kayu yang dengan potongan melintang memiliki
porositas yang lebih besar dari pada potongan radial atau tangensial. Kadar
konsentrasi larutan dimana akan memepengaruhi besarnya penyusustan dan
pengembangan kayu dengan konsentrasi tertentu. Serta adanya parafin dimana ini
merupakan hidrokarbon berbntuk padat yang berda pada temperatur ruangan yang
menempel pada saat perendaman.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum
ini sebagai berikut :
1. Pengukuran
perubahan dimensi pada kayu Mahoni (Swietenia
Mahagoni) digunakan tiga bidang arah orientasi kayu yaitu pengukur panjang
bidang tangensial, radial dan longitudinal. Dengan rumus yang digunakan,
Pengembangan =
x 100%,
Penyusutan =
x 100%.


2. Berdasarkan
hasil pengukuran perubahan dimensi kayu Mahoni (Swietenia Mahagoni) pada tiga bidang orientasi kayu yaitu bidang tangensial,
radial dan longitudinal dibandingkan perubahan dimensinya hampir tidak
mengalami perubahan panjang diemsi yang besar dan selisih antara perubahan
dimensi yang di dapat dari hasil pengukuran sangat kecil. Hal ini disebabkan
oleh peroses pengembangan dan penyusutan yang dialami kayu. Dan beberapa faktor
lain seperti porositas, kadar konsentrasi larutan dan adanya parafin.
5.2
Saran
Saran dari praktikum kali ini sebagai berikut
:
1.
Untuk
praktikum selanjutnya sebaiknya waktu yang digunakan lebih di perpanjang sehingga
praktikan dapat memahami lebih baik.
2.
Untuk
praktikan sebaiknya jangan ribut pada saat praktikum, supaya praktikan mudah
mengerti.
DAFTAR
PUSTAKA
HaygreenJ.G
J.L Bowyer, 2009. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar (Terjemahan
Sutjipto, AH), Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Nursyamsi,
A. 2013. Bidang Orientasi Kayu di Wilayah DAS Datara Kab. Gowa. Info
Teknsi Eboni 10(1): 48-57.
Muhdi, S.
2011. Penapang Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni). Kanisius. Yogyakarta.
Dumanauw, F.
2012. Mengenal Arah Serat Kayu. CV Pustaka. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar